Kewajiban Orang Tua Mengajari Adab Sopan Santun Kepada Anak

  • Oct 27, 2020
  • Sitirejo-Tambakromo

Salah satu kewajiban orangtua dalam mendidik anak adalah dengan mengajarkan adab dan sopan santun sejak dini. Mengapa sejak dini? Karena adab dan sopan santun adalah hal yang harus ditumbuhkan dan dibiasakan sejak kecil, dimana anak masih dapat kita bentuk menjadi pribadi yang berakhlak baik dan berbudi pekerti. Sesuatu yang dibiasakan sejak kecil, insya Allah akan lebih tertanam kuat dalam diri seorang anak. Daripada ketika kita baru menanamkan adab dan sopan santun itu setelah mereka besar, sedangkan mereka terbiasa hidup dengan semaunya.

Keteladanan orangtua adalah kuncinya. Anak-anak tidak akan belajar kecuali dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar dari orangtua mereka. Mereka menyerap setiap kata yang kita ucapkan. Mereka meniru setiap gerak yang kita lakukan. Bagaimana mereka terbentuk adalah cerminan dari perbuatan kita sendiri.


Adab makan :

Ajari anak untuk makan dengan tangan kanan ketika mereka telah dapat memegang makanan sendiri dan ketika mereka sudah mulai dapat menggunakan sendok. Jangan lupa untuk selalu mengingatkannya agar mengucapkan “bismillah” setiap kali ia hendak makan, dan mengucapkan “alhamdulillah” setelah selesai makan. Tanamkan padanya bahwa makan yang baik adalah dengan cara duduk dan tidak sambil berlarian. Dan secara bertahap, Anda bisa menanamkan pada mereka penghargaan terhadap makanan, yakni tidak mencela makanan yang tidak mereka sukai, dan mau makan apa adanya tanpa memilih-milih sesuai dengan apa yang mereka mau.


Adab sopan santun :

Berkata-kata yang baik harus selalu dicontohkan pada anak. Misalnya, mengucapkan salam saat hendak masuk rumah atau bepergian, mengucapkan “tolong” saat membutuhkan bantuan Anda, mengucapkan “terimakasih” setelah ia mendapatkan sesuatu dari orang lain, tidak merengek-rengek atau menjerit-jerit jika meminta sesuatu dari Anda, juga tidak menyela atau memotong pembicaraan orangtua.

Ajarkan anak untuk tidak suka meminta-minta pada temannya, tapi dorong mereka untuk suka memberi dan berbagi pada teman-temannya. Kapan saja seorang anak terbiasa meminta-minta, maka hal ini akan menjadi watak baginya. Namun, bila anak sejak dini kita ajari untuk suka berbagi, kelak mereka akan sangat mudah menolong orang lain dan tidak pelit.

Bagi para ayah, meneladani untuk shalat berjama’ah di masjid itu wajib hukumnya. Agar anak-anak laki-laki juga terbiasa shalat dan mengikuti ayahnya untuk shalat di masjid. Hindari merokok, karena selain dapat mengganggu kesehatan Anda dan anak-anak Anda, mereka pun dapat meniru kebiasaan jelek ini di masa depan. Dan itu sama saja dengan merusak kehidupan mereka sendiri dengan menjadi pecandu rokok.

Tanamkan kejujuran, dan jangan pernah berbohong pada anak meski dengan dalih pura-pura atau berbohong demi kebaikan. Bahkan kebohongan kecil seperti menjanji-janjikan sesuatu yang tidak akan pernah Anda tunaikan, atau berbohong untuk mengalihkan perhatiannya, itu pun seharusnya dihindari. Selain itu, jangan pernah meminta anak untuk melakukan kebohongan untuk Anda.


Yang sering kali kita tidak sadari, kita sering kali “berbohong” untuk mengalihkan perhatian si kecil saat mereka rewel. Misalnya, “lihat ada cicak!” padahal sesungguhnya tidak ada cicak. Atau menjanjikan “nanti kita beli es krim”, padahal Anda tidak bermaksud membelikannya. Atau yang parah, kita kadang meminta anak untuk berbohong, misalnya “kalau ada tamu datang, bilang bunda pergi” ketika Anda tidak sedang ingin bertemu dengan penagih hutang atau tetangga yang tidak Anda sukai. Atau “jangan bilang-bilang bunda kalau ayah tadi beli rokok ya”, dsb.

Hindari pertengkaran orangtua di hadapan anak. Selain mengguncang jiwa anak, hal ini juga memancing ego anak untuk mengadu domba orangtua karena ketidakkonsistenan mereka berdua demi mendapatkan apa yang mereka inginkan dari kita.

Yang juga tidak boleh dilupakan adalah bagaimana kita sebagai orangtua memilih teman dalam bergaul dan memasukkan teman kita ke dalam rumah. Ketika seorang ibu memasukkan temannya yang suka menggunjing dan mencela, atau ayah memasukkan temannya yang suka merokok dan tidak berakhlak, maka hal ini pun bisa menjadi contoh secara langsung. Bagaimana pun, anak kita melihat dan mendengar.

Sekali lagi, anak-anak itu belajar dari bagaimana orangtuanya bertingkah laku dan beradab. Ketika kita bisa menjadi teladan yang baik bagi anak, maka insya Allah keteladanan itu dapat tertanam kuat dalam diri mereka dan akan menjadi pedoman dalam hidup mereka setelah dewasa. Namun,  bila kita tidak bisa memberikan contoh yang baik, jangan pernah berharap bahwa anak-anak kita bisa memiliki adab dan akhlak yang baik pula.


SALAM SIDEKA PLATFORM TATA KELOLA DESA