Siapkan SDM Unggul dengan Ilmu Pengetahuan dan Akhlak Mulia

  • Nov 21, 2020
  • Sitirejo-Tambakromo

Sitirejo, Desa.Id – Upaya untuk mewujudkan Indonesia maju bergantung pada sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam mendukung upaya tersebut, maka diperlukan peran serta semua pihak khususnya umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia tentunya sangat menentukan dalam mempersiapkan pembangunan SDM unggul.

Oleh karena itu, kita harus mempunyai perhatian yang besar pada pembangunan SDM ini, yang sasarannya adalah terwujudnya manusia yang bertakwa, pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan berahlak mulia.

Sejalan dengan tema yang diangkat yakni Dengan Pembelajaran Baca Alquran mulai usia dini Kita Wujudkan SDM Yang Unggul, Profesional dan Qurani Menuju Indonesia Maju, karena di dalam Alquran telah disebutkan pentingnya untuk umat Islam mempersiapkan SDM yang unggul, salah satunya melalui penguatan akhlak (karakter). Di dalam Alquran pun telah disebutkan dengan jelas mengenai keharusan umat Islam untuk memiliki akhlak yang baik.

Baik dalam konteks hubungan dengan Allah (hablun minallah), hubungan dengan sesama manusia (hablun minannas), maupun dalam hal etika kerja keras. Etika kerja ini kadang-kadang dilupakan oleh sebagian umat.

Di samping penguatan akhlak yang baik, keunggulan SDM juga diwujudkan melalui pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan, yang banyak juga dianjurkan dalam ayat-ayat Alquran, seperti kata iqra. Kata iqra berasal dari qaraa, yang artinya mengucapkan terhadap apa yang tertulis, melakukan perenungan apa yang terkandung di dalamnya, serta melakukan penelitian.

Hal ini menunjukkan bahwa kata iqra bukan hanya sekadar perintah membaca tapi juga melakukan pendalaman, penelitian, riset dan juga inovasi. Dengan demikian hal ini juga mengandung pengertian keharusan umat Islam untuk belajar dan menguasai ilmu pengetahuan.

Umat Islam harus dapat memahami Alquran secara benar agar dapat menjadi sumber pedoman hidup yang optimal. Umat Islam harus menjadikan Alquran sebagai sumber inspirasi, kaedah penuntun dan landasan berpikir dalam kehidupan keseharian.

Umat Islam diperintahkan untuk membaca Alquran sebanyak mungkin, dan membacanya merupakan ibadah meski seseorang yang membacanya itu tidak memahami artinya. Namun, Alquran tidak boleh dibaca serampangan dan sembarangan, tetapi harus dibaca secara benar dan tartil sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.

Terlebih di masa sekarang ini, pentingnya pemahaman Islam secara moderat untuk menghadapi situasi yang semakin kompleks, dengan metodologi penafsiran ayat Alquran yang telah disepakati oleh para ulama tafsir. Hal ini untuk mengurangi oknum muslim radikal atau ekstrem yang menolerir kekerasan.

Pemahaman Alquran dengan metodologi tersebut telah melahirkan pemahaman Islam yang moderat (wasathiyyah), yang sebenarnya telah ditunjukkan oleh mayoritas ulama dalam sejarah Islam.

Pembelajaran diusia dini merupakan sarana untuk mendorong para generasi muda untuk meningkatkan kualitas bacaan, hafalan, dan pemahaman Alquran. Pembelajaran diusia dini akan lahir generasi emas yang hatinya terikat dengan Alquran, tetapi memiliki semangat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta terus berinovasi untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

[gallery size="full" ids="5539,5537,5536"] Siapkan SDM Unggul

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, terus berupaya untuk menjadi negara yang maju dan sejahtera. Namun keberhasilan upaya tersebut sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk itu, umat Islam memiliki peran strategis dalam mewujudkan SDM Indonesia yang unggul.

Umat Islam sebagai mayoritas bangsa ini, sangat menentukan dalam mempersiapkan SDM unggul ini. Kita harus mempunyai perhatian yang besar pada pembangunan SDM ini, yang sasarannya adalah terwujudnya manusia yang bertakwa, pekerja keras, yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berahlak mulia.

Oleh sebab itu, pentingnya umat Islam untuk mempertahankan moderasi dalam beragama, yakni dengan meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, sehingga menghasilkan cara pandang, sikap, dan perilaku yang selalu mengambil posisi jalan tengah di antara dua hal ekstremitas (tatharrufaini).

Dua hal ini adalah antara jasmani dan rohani, antara teks dan konteks, antara idealitas dan kenyataan, antara hak dan kewajiban, antara orientasi keagamaan dan orientasi kebangsaan, antara kepentingan individual dan kemaslahatan umat/bangsa, serta keseimbangan antara masa lalu dan masa depan.

Bahwa pemahaman Islam yang moderat (wasathiyah) adalah pemahaman yang tidak tekstual dan tidak pula liberal, tidak berlebihan (ifrâth) tetapi juga tidak gegabah (tafrîth), dan tidak pula memperberat (tasyaddud) tetapi juga tidak mempermudah (tasâhul).

Pemahaman secara tekstual, yang hanya memahami teks-teks Al-Qur’an dan Hadits tanpa penafsiran, menghasilkan pemahaman yang statis, karena pemahaman seperti ini tanpa disertai dengan maksud-maksud utama yang terdapat dalam sebuah teks. Bahkan pemahaman pada teks-teks tertentu secara literal itu bisa menyesatkan, seperti ayat-ayat terkait dengan jihad.

Oleh karena itu, dengan pemahaman moderat tersebut umat Islam bisa lebih terbuka dalam bernegara dan menjadi solusi atas berbagai permasalahan bangsa.

Pada saat ini pemahaman Islam secara moderat ini sangat dibutuhkan, terutama karena persoalan-persoalan yang kita hadapi semakin kompleks serta adanya sekelompok kecil umat yang memahami Islam secara radikal atau ekstrem dan bahkan disertai dengan kekerasan.